Disebuah kamar resort di dekat Legian, Bali. Deru nafas dua anak manusia sedang berburu kenikmatan sesaat.
“Eh..terus..da..terus” erang si perempuan
“Ahhh…eehh…ngehe” seru sang lelaki.
Tampaknya ia telah mencapai puncak kenikmatannya. Ditandai dengan semburan sperma yang memenuhi kondom yang ia pakai. Si lelaki pun berguling kesamping. Wajahnya menunjukkan kepuasan.
“Gimana say, lu puas” ujarnya sambil terengah-engah.
Si perempuan hanya mengangguk. Meskipun dalam hati ia berkata “Anget aja belum, apalagi puas”.
Hanya 5 menit kemudian, si lelaki sudah tertidur lelap diatas kasur, sementara benak si gadis dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang berkecamuk. Ia tidak habis pikir, kenapa si lelaki yang merupakan seorang pembalap, yang bisa berjam-jam menunggangi kuda besi tanpa lelah, namun bila bercinta dengannya, paling hanya mampu bertahan 5 menit saja.
Si lelaki tak lain adalah Ananda Mikola, seorang pembalap yang wajahnya cukup dikenal dan sering muncul di TV. Tetapi muncul di TV bukan karena prestasinya, melainkan karena petualangan cintanya. Ia memang sering gonta-ganti pacar dari kalangan selebritis Indonesia. Bahkan si gadis yang ada disampingnya saat ini tidak lain adalah Laudya Chyntia Bella, seorang pemain sinetron yang dengan wajah cantiknya juga sudah membintangi beberapa judul film. Bella kembali menatap wajah Ananda Mikola di sampingnya. Bella tidak keberatan walaupun tampang Ananda tidak keruan dan jauh dari tampan. Bella juga tidak keberatan walau ukuran penis Ananda hanya 10 cm, dan berdiameter selebar spidol. Namun yang membuat Bella mati gaya adalah ketidakmampuan Ananda dalam memberinya kepuasan, kalau begini terus, untuk apa ia bercinta, mendingan juga masturbasi dengan dildo, yang jelas-jelas bisa lebih memberinya kepuasan. Bella melihat jam dinding yang tergantung di kamar resort tersebut, waktu yang masih terhitung muda untuk ukuran Bali. Iapun lalu bangkit dari tempat tidur dengan hati-hati, memakai celana pendek, dan kaus singlet ketat yang tersampir di kursi. Ia hendak jalan-jalan sebentar mengelilingi legian. Sekalian untuk menghilangkan rasa “nanggung” yang melingkupi dirinya. Sampai diluar, ia naik mobil sewaan Ananda, dan mengarahkannya menuju jalan Legian, yang seperti biasa dipenuhi kendaraan dan turis yang lalu lalang. Bella mengeluarkan HP-nya dan menelpon Mina, salah seorang temannya. Mina merupakan gadis Bali asli yang dikenalnya beberapa bulan yang lalu. Meskipun baru kenal, keduanya cepat akrab, apalagi keduanya merupakan party goers, dan clubbers sejati.
“Na, dimana lu?…Oh café *****….ya udah gue kesana yah.” Bella pun menutup sambungan telepon, dan mengarahkan mobilnya menuju sebuah café dimana Mina berada.
Beberapa menit kemudian, Bella menemukan Mina yang sedang duduk di Bar, ia tampak sedang mengobrol dengan seorang turis bule. Setelah berbasa basi sebentar, Bella pun menarik Mina kesebuah meja yang terletak di sudut Café. Disana keduanya duduk dan mulai mengobrol seperti biasa, sambil sesekali diselingi gelak tawa, tak lama pembicaraan pun mengarah kepada Ananda Mikola.
“Na, sialan tuh Nanda, abis bikin gue On, eh dianya malah keluar duluan, gue jadinya nanggung kayak gini, bener- bener egois tuh cowok. Mana kecil lagi….” Ujar Bella dengan kesal.
“Oh jadi itu sebabnya lu uring-uringan, kalo masalah selangkangan sih gampang. Mau gue kenalin ama temen- temen cowok gue gak?” tanya Mina.
Mereka berdua memang terbuka masalah seks. Lagipula apa yang perlu ditutupi, toh mereka percaya satu sama lain.
“Gak ah, males gue. Masa lu nyuruh gue nidurin orang yang sama sekali gak gue kenal” kata Bella
“Yah non, ini Bali. One Night Stand udah biasa. Semua orang juga pernah.”
“Gimana kalo mereka” kata Mina lagi sambil menunjuk dua orang yang baru saja memasuki café, dan menuju bar, “Mereka beach boys loh, selain ngajar surfing, mereka juga sering dipake muasin turis-turis cewek yang datang. Jadi kalo soal keahlian terjamin deh”
“Gila luh, One night stand aja gue gak mau, apalagi threesome” kata Bella sambil menenggak wine ditangannya.
Tetapi saat itu Mina telah beranjak bangkit dan berjalan menuju dua beach boys tersebut. Mereka bertiga tampak berkasak kusuk, sambil sesekali menengok kearah Bella. Bella merasa bimbang, ia tidak biasa tidur dengan sembarang orang, tetapi dilain pihak, nafsu yang belum terlampiaskan dan pengaruh alkohol dalam wine mempengaruhi akal sehatnya.
“Bell, kenalin, ini Dika, trus yang ini Wandi” Mina beserta kedua beach boys itu rupanya telah mendekati meja Bella.
Bella mengamati kedua pria dihadapannya. Wajah keduanya tidak bisa dibilang ganteng, bahkan mirip abang- abang tukang parkir atau supir. Kulit keduanya hitam gosong terbakar matahari. Tetapi tubuh tegap berotot dan senyum percaya diri keduanya akhirnya mendorong Bella untuk mencoba sesuatu yang baru. Setelah berbasa basi sejenak, mereka berempat terlibat pembicaran ngalor ngidul karena dipengaruhi allkohol. Sampai jam pun bergerak kearah pukul 1 dini hari.
“Udah ah, boys gue balik duluan, besok mesti masuk kerja gue” kata Mina sambil beranjak pergi meninggalkan Bella, Wandi, dan Dika.
“So, Bell, kemana kita?” kata Dika
“Gimana kalo kerumah gue?” timpal Wandi sambil tersenyum.
Mulanya Bella hendak menolak tawaran itu , tapi 15 menit kemudian, ia telah berada didepan sebuah rumah sederhana, tak jauh dari café tersebut.
“Masuk Bell, kata Wandi ramah sambil membukakan pintu untuknya.
Interior rumah itu sama sederhana dengan eksteriornya. Selain beberapa hiasan dan ukuran khas Bali, di ruang tamu dan ruang tengah, hanya terdapat beberapa kursi sofa dan lemari ukiran sederhana. Belum sempat ia duduk, ia merasakan Dika memeluknya dari belakang dan menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Bella. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar juga mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudara Bella yang masih tetutup kaus singlet putih yang dikenakannya. Sementara Wandi dengan lembut menarik wajah Bella hingga bibirnya melumat bibir indah si artis. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulut bella. Sambil memejamkan mata Bella menikmati perasaan itu dengan utuh. Kuluman lidah yang, ditingkahi dengan remasan-remasan padai payudaranya membangkitkan kembali gairah yang sempat tertunda. Dika lalu menarik kaus Bella hingga terbuka. Dan terpampanglah payudara indah Bella yang masih ditutupi oleh bra berenda. Buah dadanya begitu indah. Tidak terlalu besar, tetapi begitu kencang. Pentilnya terlihat begitu kecil dan berwarna coklat muda. Payudara itu begitu putih, lembut, dan menggoda, hingga Wandi dengan tidak sabar menarik turun kedua cup Bra tersebut. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susu sebelum mulutnya mengenyot habis puting susu yang berwarna kecoklatan itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot. Bella terlihat memejamkan matanya dan menikmati setiap sentuhan yang ia rasakan. Tubuh Bella secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa saat merasakan jari-jari tangan Dika mulai menyusup ke balik celana pendek dan celana dalam yang dikenakannya. Jari jari Dika merayap mencari liang yang ada di selangkangan Bella, merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu. Kedua buah jari yang ada di dalam liang vagina Bella itu pun bergerak-gerak dengan liar.